Selasa, 19 Februari 2008

Wayang Bocah : Menundukkan Dominasi Modernisasi

SOLO-Mendalang, menari, melawak dan memainkan sebuah cerita nampak mudah saja bagi anak-anak Sanggar Sarotama saat mementaskan kolaborasi wayang kulit dan wayang orang "Gathotkaca Jedhi" di depan gapura Sriwedari Solo, Sabtu (16/2) malam.
Anak-anak usia sekolah dasar tersebut mampu membuat ratusan penonton tak beranjak menyaksikan pentas mereka malam itu.

Lawakan khas Gareng-Petruk yang dimainkan anak-anak ini terasa sangat alami. Seakan-akan begitulah pembawaan mereka setiap hari. Sedangkan tarian dan adegan laga wayang orang maupun wayang kulit yang mereka bawakan tak jarang membuat semua penonton spontan bertepuk tangan.

Satu perasaan bangga menyeruak di dada. Di tengah gempuran playstation, PC game, game zone, TV berlanggganan dan internet, masih ada orang tua yang bangga anaknya jadi orang Indonesia asli.

Pentas wayang dan dalang bocah semacam ini rencananya akan dilakukan setiap Sabtu Kliwon. Tempat pertunjukkan juga akan berpindah-pindah dengan memanfaatkan ruang-ruang publik yang tengah gencar ditata oleh pemerintah kota Solo.

Menghibur, bisa jadi tempat nongkrong yang bebas, digarap secara profesional dan yang penting gratis. Roh inilah yang memang seharusnya terus dibangkitkan untuk menguatkan posisi kesenian tradisional terhadap budaya-budaya serapan.

Kunjungi foto-foto wayang bocah selengkapnya di galeri foto.


Tidak ada komentar: